DPRD Samarinda Sebut Pembangunan Proyek Terowongan Samarinda Banyak Tuai Kontroversi

Anggota Komisi III DPRD Kota Samarinda, Anhar (Foto : DR)

Rilismedia.co – Samarinda. Anggota Komisi III DPRD Kota Samarinda, Anhar mengkritik keras terkait mega proyek terowongan yang tengah dibangun di Samarinda yang menelan anggaran hampir setengah triliun rupiah. Kritik ini mencuat akibat berbagai masalah perencanaan dan prediksi yang keliru sejak awal proyek tersebut dijalankan.

“Saya tidak mau bicara terlalu jauh ke depan, tetapi proyek ini sudah bermasalah sejak awal. Presentase pembangunan di DPRD, terutama di Komisi 3, sebelum adanya Memorandum of Understanding (MoU) seharusnya dilakukan dengan teliti,” ujarnya.

Bacaan Lainnya

“Pentingnya presentasi ini adalah untuk memastikan apakah proyek ini dapat diselesaikan dalam masa jabatan walikota,” tambahnya.

Ia mempertanyakan bagaimana proyek sebesar itu bisa disetujui dengan waktu pelaksanaan yang sangat singkat, yakni hanya dua tahun.

“Bagaimana DPRD bisa menyetujui proyek sebesar ini, yang hampir setengah triliun rupiah, dalam waktu yang sangat singkat? MoU ditandatangani saat masa jabatan walikota hampir habis, dan sekarang kita melihat banyak masalah dalam pelaksanaannya,” ungkapnya.

Anhar, juga mengkritik bahwa proyek ini tidak hanya bermasalah dalam perencanaan, tetapi juga dalam eksekusi dan prediksi waktu penyelesaian.

“Ini bukan lubang kepiting atau lubang tikus. Perawatan terowongan ini juga memerlukan biaya besar, seperti untuk blower dan penerangan. Pada awalnya, dikatakan Oktober akan selesai, tetapi sudah berapa Oktober berlalu dan proyek ini belum juga tembus,” jelasnya.

Lebih lanjut, Anhar mengkritik juga mengenai alokasi anggaran yang besar untuk proyek ini, sementara banyak kebutuhan dasar masyarakat Samarinda yang belum terpenuhi hingga saat ini.

“Anggaran hampir setengah triliun rupiah, sementara banyak masyarakat yang masih kekurangan air minum, sekolah-sekolah yang belum diperbaiki, dan daerah pinggiran yang belum tersentuh penerangan jalan umum. Puskesmas di daerah pinggiran juga belum ideal, dan banyak anak sekolah yang membutuhkan beasiswa,” pungkasnya. (Adv/DR)

banner 400x130

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *