Rilismedia.co Jakarta – Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto akan melanjutkan proyek hilirisasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME) sebagai substitusi Liquefied Petroleum Gas (LPG). Langkah ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan impor LPG dan meningkatkan pemanfaatan sumber daya dalam negeri.
Proyek gasifikasi batu bara ini sebelumnya dicetuskan pada era Presiden Joko Widodo. Awalnya, proyek ini menarik investasi dari perusahaan petrokimia asal Amerika Serikat, Air Products and Chemicals Inc, yang bekerja sama dengan PT Bukit Asam Tbk (PTBA). Namun, investor tersebut akhirnya mundur karena proyek dianggap tidak ekonomis.
Kini, di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo, proyek ini akan tetap berjalan dengan sumber pendanaan dari dalam negeri. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menegaskan bahwa proyek ini tidak lagi bergantung pada investor asing, melainkan akan dibiayai oleh pemerintah dan swasta nasional.
“Sekarang kita tidak butuh investor luar. Negara akan memanfaatkan sumber daya dalam negeri dengan kebijakan yang sudah ditetapkan Presiden. Yang kita butuhkan hanya teknologinya, sedangkan pendanaan, bahan baku, dan pasar semuanya dari kita sendiri,” ujar Bahlil setelah rapat terbatas di Istana Negara, Rabu (5/3/2025).
Proyek DME Dibangun di Beberapa Lokasi
Pembangunan proyek DME akan dilakukan di beberapa daerah secara paralel, yaitu:
• Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan
• Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan
• Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan
• Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur
Bahlil menyebutkan bahwa proyek ini akan menggunakan batu bara berkalori rendah untuk dikonversi menjadi DME, yang nantinya akan dipasarkan dalam negeri sebagai pengganti LPG. Selain DME, pemerintah juga akan mendorong hilirisasi di sektor tambang lainnya, seperti tembaga, nikel, dan bauksit.
Investasi Capai Rp 180 Triliun
Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Dirjen Minerba) Kementerian ESDM, Tri Winarno, menyatakan bahwa dari 21 proyek hilirisasi yang tengah dipercepat, gasifikasi batu bara menjadi DME menjadi yang terbesar.
“Dari 21 proyek hilirisasi, proyek DME ada empat dan ini yang paling besar. Total investasinya diperkirakan mencapai USD 11 miliar atau sekitar Rp 180 triliun,” kata Tri di Gedung Kementerian ESDM, Rabu (5/3/2025).
Selain proyek DME, pemerintah juga akan menjalankan proyek hilirisasi lainnya, di antaranya:
• 1 proyek hilirisasi besi
• 1 proyek hilirisasi alumina
• 1 proyek hilirisasi aluminium
• 2 proyek hilirisasi tembaga
• 2 proyek hilirisasi nikel
Pendanaan proyek DME akan dikelola oleh Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara). Sementara itu, pelaksana proyek masih dalam tahap pembahasan, dengan kemungkinan keterlibatan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
“Nantinya, pelaksana proyek bisa dari BUMN atau pihak lain. Ini masih dalam tahap diskusi,” ujar Tri.
Dengan langkah ini, pemerintah optimistis hilirisasi batu bara menjadi DME akan memperkuat ketahanan energi nasional sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap impor LPG.