Rilismedia.co-Samarinda. Kota Samarinda menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan sampah. Dengan produksi sampah yang mencapai sekitar 600 ton per hari, kapasitas Tempat Penampungan Sementara (TPS) yang terbatas membuat penumpukan sampah semakin sulit diatasi.
Tanpa sistem pengelolaan yang lebih baik, kondisi ini berpotensi memperburuk masalah lingkungan dan kesehatan masyarakat.
Ketua Komisi III DPRD Samarinda, Deni Hakim mengakui bahwa sistem pengelolaan sampah di kota ini masih belum optimal.
“Samarinda menghasilkan sekitar 600 ton sampah setiap hari, sementara kapasitas TPS yang tersedia sangat terbatas. Jika tidak dikelola dengan baik, penumpukan sampah hanya akan menjadi masalah yang semakin besar,” ungkapnya.
Belajar dari Daerah Lain
Untuk mencari solusi, pihaknya berencana melakukan studi tiru ke dua daerah yang dikenal sukses dalam mengelola sampah, yakni Banyumas dan Bantar Gebang. Kedua wilayah tersebut dinilai telah berhasil menerapkan sistem pengelolaan sampah yang lebih efisien dan ramah lingkungan.
“Kami ingin melihat langsung bagaimana mereka mengelola sampah dengan lebih baik dan mencari cara untuk menerapkan sistem serupa di Samarinda,” tambah Deni.
Sebagai langkah awal, DLH akan menerapkan program percontohan di salah satu RT atau kelurahan sebagai model pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Harapannya, program ini bisa menjadi acuan sebelum diterapkan secara lebih luas di seluruh kota.
Teknologi Ramah Lingkungan Jadi Pertimbangan
Selain belajar dari daerah lain, Pemkot Samarinda juga diharapkan mempertimbangkan penggunaan teknologi pengelolaan sampah yang lebih modern dan ramah lingkungan. Teknologi ini diharapkan tidak hanya dapat mengurangi volume sampah secara signifikan, tetapi juga menekan emisi karbon, sehingga lebih berkelanjutan dalam jangka panjang.
Deni menegaskan bahwa keberhasilan pengelolaan sampah tidak hanya bergantung pada pemerintah, tetapi juga partisipasi aktif masyarakat. Ia mengajak warga untuk mulai memilah sampah dari rumah, sehingga proses daur ulang bisa lebih efektif.
“Peran rumah tangga sangat penting. Jika setiap keluarga mulai memilah sampah dari rumah, maka beban pengelolaan sampah di TPS dan TPA bisa berkurang,” tutupnya.
Deni berharap dengan adanya inisiatif ini, masalah sampah yang selama ini menjadi permasalahan utama kota dapat teratasi secara lebih efektif dan berkelanjutan.