Jakarta, Rilismedia.co — Nama Riza Chalid kembali menggema di tengah publik. Sosok yang selama ini dikenal sebagai “The Gasoline Godfather” kini harus berhadapan dengan hukum, usai Kejaksaan Agung (Kejagung) menetapkannya sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi tata kelola minyak mentah dan produk kilang di tubuh Pertamina Subholding dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) pada periode 2018–2023.
Riza tak sendiri. Ia ditetapkan bersama delapan orang lainnya setelah penyidik Jampidsus Kejagung menelisik praktik distribusi minyak yang diduga merugikan negara. Namun, hingga kini, Riza Chalid belum juga ditahan.
“Jadi dia sekarang keberadaannya diduga tidak di dalam Indonesia,” kata Direktur Penyidikan Jampidsus Kejagung, Abdul Qohar, dalam konferensi pers di kantornya, dikutip Jumat, 11 Juli 2025.
Penyidik telah melayangkan sejumlah surat pemanggilan, namun Riza tak pernah hadir memenuhi panggilan tersebut.
Kekayaan Fantastis Sang Saudagar Minyak
Di luar jeratan hukum, Riza Chalid memang dikenal sebagai taipan dengan jejaring bisnis yang menggurita. Kekayaannya bahkan pernah menyentuh angka USD415 juta atau setara dengan Rp6,8 triliun pada tahun 2015, menurut daftar orang terkaya versi Globe Asia.
Tak hanya mendominasi sektor energi, Riza memperluas kerajaan bisnisnya hingga ke perkebunan sawit, industri minuman dalam kemasan, dan mode ritel. Ia memiliki perusahaan-perusahaan besar yang berbasis di Singapura, seperti Supreme Energy, Paramount Petroleum, Straits Oil, hingga Cosmic Petroleum.
Salah satu perusahaan yang sempat menempatkannya sebagai pemain kunci dalam industri migas adalah Global Energy Resources. Perusahaan ini disebut-sebut menjadi pemasok utama minyak untuk Petral (Pertamina Energy Trading Ltd)—anak perusahaan Pertamina yang dulu berbasis di Singapura sebelum dibubarkan pada 2015.
Sebutan “Godfather of Gasoline” melekat padanya karena perannya yang kuat di balik layar perdagangan minyak nasional. Ia juga dikenal dekat dengan sejumlah elite politik dan pengusaha kelas atas.
Kini, status tersangka yang disandang Riza Chalid bukan hanya mengguncang dunia bisnis, tetapi juga membuka kembali tabir tentang siapa yang selama ini mengendalikan pusaran energi Indonesia dari balik bayang-bayang.