Samarinda, Rilismedia.co – Fenomena manusia silver yang kembali marak di sejumlah ruas jalan Kota Samarinda mendapat perhatian serius dari DPRD. Anggota Komisi III, Abdul Rohim, menilai keberadaan mereka tidak bisa dibiarkan karena menyangkut ketertiban umum sekaligus mencerminkan persoalan sosial yang lebih dalam.
“Pendekatannya harus menyeluruh. Ada hulu, ada hilir. Kalau hanya satu sisi, masalah ini akan terus berulang,” ujarnya.
Rohim menjelaskan, penanganan di hilir harus diwujudkan lewat penegakan aturan yang konsisten. Ia menilai operasi sesekali tidak memberi efek jera, sebab manusia silver kerap kembali ke jalan hanya sehari setelah ditertibkan.
“Setiap kali muncul harus ditindak. Tidak bisa berhenti di satu kali operasi,” tegasnya.
Namun, menurut Rohim, penindakan saja tidak cukup. Pemerintah juga perlu menelusuri akar persoalan yang memunculkan fenomena ini. Ia menduga aktivitas manusia silver bukan murni inisiatif individu, melainkan ada pihak yang mengorganisir untuk mencari keuntungan.
“Fenomena ini kemungkinan terorganisir. Harus dicari siapa yang menggerakkan mereka, siapa yang mengambil keuntungan,” jelasnya.
Ia bahkan membandingkan dengan praktik pengemis di simpang jalan, yang belakangan terbukti merupakan bagian dari jaringan terstruktur.
“Awalnya kita pikir personal, ternyata ada yang mengatur di belakang,” ungkapnya.
Lebih jauh, Rohim menekankan faktor ekonomi sebagai penyebab utama. Ia menyebut lemahnya akses lapangan kerja dan kondisi hidup yang sulit mendorong sebagian masyarakat mencari cara instan untuk bertahan.
“Yang paling hulu adalah ekonomi. Kalau lapangan kerja tersedia dan ekonomi membaik, praktik-praktik seperti ini bisa ditekan,” pungkasnya.