Mayoritas Korban Ledakan SMA 72 Alami Gangguan Pendengaran, Kapolri Fokuskan Pemulihan Psikologis

JAKARTA — Direktur Utama RS Islam Jakarta Cempaka Putih, Pradono Handojo, mengungkap bahwa sebagian besar korban ledakan di SMA Negeri 72 Kelapa Gading, Jakarta Utara, mengalami gangguan pendengaran. Pernyataan itu disampaikan saat ia mendampingi Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dalam konferensi pers, Sabtu (8/11).

Dari total 96 korban yang tercatat, Pradono menjelaskan bahwa sekitar dua pertiga atau lebih dari separuhnya mengalami gangguan pada fungsi pendengaran.

Bacaan Lainnya

“Saat ini pasien yang pulang ada 29 dan saat ini yang di ranap (ruang rawat inap) ada 14 orang dan pagi ini divisit bapak Jenderal (Kapolri) melihat,” ujar Pradono.

Ia menambahkan, proses pemulihan fisik para korban diperkirakan akan berlangsung cepat karena mayoritas korban masih berusia muda. Namun, kondisi gangguan pendengaran menjadi perhatian khusus tim medis.

“Kami merasa pemulihan secara jasmani akan terjadi dengan cepat, karena karakter anak-anak masih muda. Kecuali pada bagian pendengaran yang sekitar 2/3 mengalami gangguan pendengaran,” kata Pradono.

Selain aspek medis, Pradono juga menekankan pentingnya konseling psikologis dan trauma healing agar para siswa bisa pulih secara mental setelah peristiwa tersebut.

“Namun tentu pemulihan setelah jasmaninya kembali normal merupakan tugas besar kita bersama, yaitu konseling psikologis dan lebih penting lagi bagaimana pencegahan agar hal ini tidak terjadi kembali,” ujarnya menambahkan.

Sementara itu, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menjelaskan bahwa dari 96 korban, sebanyak 29 orang masih menjalani perawatan di beberapa rumah sakit.

“Dari jumlah awal 96 [korban], pasca-kejadian, saat ini yang masih dirawat di RS Islam ada 14. Kemudian di [RS] Yarsi ada 14. Dan satu lagi di RS Pertamina ada 1. Sehingga total yang masih dirawat ada kurang lebih 29 dari 96,” jelas Sigit.

Kapolri memastikan bahwa pusat trauma healing akan segera dibentuk untuk mendampingi para siswa dan guru terdampak, bekerja sama dengan berbagai lembaga terkait.

“Kita juga membangun pusat trauma healing yang nanti juga kita persiapkan untuk memberikan pelayanan. Nanti bekerja sama tentunya dengan KPAI dengan dokter-dokter psikolog yang diperlukan,” ujar Sigit.

“Sehingga kemudian bisa memberikan bantuan terkait dengan apabila ada keluhan-keluhan yang memang bisa kita berikan penanganan trauma healing. Kemudian juga nanti di sekolah pun kita akan mempersiapkan,” tambahnya.

Pos terkait