Samarinda, Rilismedia.co — Longsoran lereng pada sisi inlet proyek terowongan di Jalan Sultan Alimuddin kembali menjadi perhatian. Komisi III DPRD Samarinda melakukan inspeksi mendadak (sidak) untuk memastikan kondisi terowongan aman pasca kejadian longsor yang terjadi pada Mei lalu. Meski penanganan sudah dilakukan oleh kontraktor, kondisi di lapangan terus mengalami perubahan, sehingga pengawasan diintensifkan.
Selain memeriksa kondisi sisi inlet, rombongan DPRD juga meninjau sisi outlet di Jalan Kakap. Ketua Komisi III DPRD Samarinda, Deni Hakim Anwar, menegaskan bahwa kunjungan ini merupakan bagian dari fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan proyek strategis daerah dan penggunaan anggaran daerah yang mencapai Rp395 miliar.
Menurutnya, ada aspek penting yang tidak teridentifikasi sejak awal oleh kontraktor pelaksana. Ia menilai kurangnya ketelitian dalam membaca potensi longsor menjadi salah satu penyebab terjadinya insiden.
“Ini bukan untuk menyalahkan pemkot, tapi kami koreksi pelaksananya karena tidak mendeteksi titik-titik rawan longsor. Itu yang menjadi catatan kami,” tegas Deni, Senin (14/7).
Deni juga meminta agar konsultan perencana dihadirkan dalam rapat evaluasi berikutnya untuk memberikan penjelasan teknis secara menyeluruh. Ia menegaskan pentingnya identifikasi penyebab longsor secara tuntas agar kejadian serupa tidak terulang.
“Jangan sampai kejadian seperti ini berulang. Harus jelas penyebabnya. Jangan sampai ada endapan tanah yang tidak terdeteksi oleh tim perencana dan site engineer,” katanya.
Tak hanya aspek teknis, penggunaan anggaran turut menjadi perhatian Komisi III. Deni mengingatkan agar dana proyek digunakan secara efisien dan tepat sasaran, mengingat adanya rencana tambahan anggaran sebesar Rp39 miliar dalam APBD Perubahan untuk penanganan lanjutan.
“Kami ingin anggaran benar-benar optimal. Jangan sampai setelah Rp39 miliar ini masih ada kejadian tak terduga,” ujarnya.
Sementara di sisi outlet, Deni menyebut progres fisik proyek telah mencapai 98 persen. Namun, ia menyoroti belum optimalnya pemasangan blower yang merupakan bagian dari sistem sirkulasi udara. Dari enam unit yang direncanakan, baru dua unit yang terpasang. Selain itu, ia menyebut adanya rencana penambahan panjang terowongan sekitar 72 meter dan perubahan desain dinding terowongan agar lebih landai.
“Selain itu, dinding terowongan akan dibuat lebih landai karena desain awal terlalu vertikal. Ini penting untuk keamanan jangka panjang,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Samarinda, Desy Damayanti, memastikan bahwa longsoran yang terjadi telah ditindaklanjuti sejak awal. Pihak pelaksana, perencana, dan manajemen konstruksi (MK) telah dilibatkan dalam evaluasi serta penyusunan rencana penanganan.
“Sekarang sedang disiapkan perencanaan lebih lanjut, termasuk ada rencana beautifikasi di area terdampak,” jelas Desy.
Ia juga memastikan bahwa struktur utama terowongan dalam kondisi aman, dengan penanganan difokuskan pada sisi inlet dan outlet.
“Badan terowongannya sudah tidak perlu penanganan tambahan. Yang ditangani sekarang hanya inlet dan outlet-nya,” ujarnya.
Desy menargetkan pekerjaan penanganan tambahan dapat rampung pada November 2025, jika tidak ada kendala berarti. Terkait tambahan anggaran Rp39 miliar, Desy membenarkan dana tersebut telah diusulkan dalam APBD Perubahan sebagai bagian dari penanganan lanjutan.
“Itu memang untuk penanganan longsoran. Sekarang mereka sedang melakukan stabilisasi dulu, baru setelah itu ada penataan visual di sekitar lokasi,” pungkasnya.
Sekedar informasi, pintu sebelahnya, yaitu sisi outlet (pintu keluar) terowongan Samarinda di kawasan Jalan Kakap, tidak terdampak longsor. Tidak ada laporan atau temuan longsoran di area tersebut. Semua material longsoran hanya terjadi di pintu masuk sisi inlet dari arah Jalan Sultan Alimuddin.
Dengan kata lain, longsoran terjadi dari hulu tanah lereng sebelah kanan jalan masuk, bukan dari dalam struktur terowongan itu sendiri.
(adv/syf)