TNI Klarifikasi Lintasan Kapal Induk USS Nimitz di Selat Malaka: Sesuai Hukum Internasional

Rilismedia.co — Tentara Nasional Indonesia (TNI) akhirnya angkat suara mengenai kehadiran kapal induk Amerika Serikat, USS Nimitz (CVN-68), yang melintas di perairan Indonesia melalui Selat Malaka. Kejadian ini menyedot perhatian publik di tengah meningkatnya tensi geopolitik global, terutama konflik bersenjata antara Iran dan Israel.

Kepala Pusat Penerangan TNI, Mayor Jenderal Kristomei Sianturi, dalam keterangan resminya pada Sabtu (21/6), menegaskan bahwa pelayaran kapal induk AS itu dilakukan dalam koridor hukum internasional. Ia menyatakan USS Nimitz menggunakan hak lintas transit sebagaimana diatur dalam Konvensi Hukum Laut Internasional (UNCLOS) 1982.

Bacaan Lainnya

“Kapal tersebut berlayar di Selat Malaka dengan menggunakan hak lintas transit. Sesuai ketentuan UNCLOS 1982, kapal asing, termasuk kapal perang, boleh melintas tanpa harus meminta izin kepada negara pantai selama mematuhi aturan pelayaran internasional dan tidak membahayakan keamanan wilayah,” terang Kristomei.

Ia juga memastikan bahwa TNI terus memantau pergerakan kapal asing yang melewati wilayah yurisdiksi nasional, termasuk aktivitas USS Nimitz.

“Seluruh satuan TNI yang terkait tetap siaga dan melakukan koordinasi untuk menjamin stabilitas dan kepentingan nasional di wilayah perairan strategis tersebut,” tambahnya.

Menuju Timur Tengah?

USS Nimitz, salah satu kapal induk tertua dan terbesar milik Angkatan Laut Amerika Serikat, diduga sedang dalam perjalanan menuju kawasan Teluk Persia untuk memperkuat postur pertahanan AS di Timur Tengah. Dugaan ini mencuat di tengah meningkatnya eskalasi militer antara Iran dan Israel yang memicu ketegangan global.

Berdasarkan data dari pelacak kapal Marine Vessel Traffic, USS Nimitz diketahui sempat mematikan transpondernya sehingga tidak lagi mengirimkan sinyal lokasi. Sebelumnya, kapal itu sempat terpantau berada di antara perairan Malaysia dan Indonesia dengan kecepatan sekitar 19 knot, mengikuti jalur 313 derajat. Sinyal terakhir tercatat pada 17 Juni pukul 02.03 GMT atau 09.03 WIB.

Meski tidak disebutkan secara resmi tujuan akhir pelayaran, arah pergerakan armada tersebut kuat diduga menuju kawasan Teluk Persia, seiring mobilisasi militer AS sebagai respons atas konflik Iran-Israel yang kian memanas.

Pengawasan Ketat di Selat Strategis

Selat Malaka, sebagai salah satu jalur pelayaran tersibuk dan paling strategis di dunia, menjadi lokasi rawan terhadap dinamika geopolitik. TNI memastikan pengawasan terhadap lalu lintas maritim di kawasan ini dilakukan secara ketat.

Hingga saat ini, belum ada tanda-tanda ancaman langsung terhadap keamanan Indonesia dari pelayaran kapal induk AS tersebut. Namun, situasi global yang terus berkembang menjadi perhatian serius pemerintah Indonesia dalam menjaga netralitas dan stabilitas kawasan.

banner 400x130

Pos terkait