Rilismedia.co Samarinda — Idulfitri bukan sekadar perayaan tahunan, tetapi juga momentum untuk kembali kepada fitrah kesucian dan kebaikan dasar manusia. Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, Idulfitri dapat dimaknai sebagai kesempatan untuk melakukan refleksi, khususnya bagi pejabat dan aparatur negara dalam menjalankan tugasnya dengan lebih baik.
Anggota Komisi II DPRD Kota Samarinda, Dr. Sani Bin Husain, menyoroti tiga nilai utama yang seharusnya diimplementasikan oleh para pejabat dalam menyambut Idulfitri:
1. Bebas dari Korupsi
Idulfitri berasal dari dua kata, yaitu Id yang berarti kembali, dan fitri yang bermakna suci. Kesucian dalam konteks ini bukan hanya berarti bebas dari dosa pribadi, tetapi juga bersih dari segala bentuk perbuatan tercela, termasuk korupsi.
Menurut Dr. Sani, pejabat negara memiliki amanah besar untuk menjaga kepercayaan masyarakat. “Suci berarti bersih, bebas dari dosa, bebas dari perbuatan tercela, bebas dari korupsi, dan tidak merugikan masyarakat,” ujarnya. Dengan demikian, Idulfitri seharusnya menjadi titik balik bagi para pejabat untuk meninggalkan praktik-praktik yang merusak tatanan pemerintahan dan kepercayaan rakyat.
2. Kembali Disiplin dan Profesional
Selain bebas dari korupsi, semangat Idulfitri juga harus diwujudkan dalam bentuk kedisiplinan dan profesionalisme dalam bekerja.
“Kembali ke fitrah dapat diartikan sebagai kembali pada profesionalisme. Apapun tugas, amanah, dan peran yang diberikan kepada kita, harus kita laksanakan secara profesional,” jelas Dr. Sani.
Ia mencontohkan bahwa seorang pegawai yang baik harus bekerja dengan penuh integritas, produsen pangan tidak boleh mengurangi takaran produk, dan penyedia bahan bakar tidak boleh melakukan manipulasi harga. Semua sektor harus menjalankan tugasnya dengan jujur dan bertanggung jawab demi kemaslahatan bersama.
3. Kembali Membantu Orang Banyak
Idulfitri juga mengajarkan nilai kepedulian sosial. Setelah menjalani ibadah puasa yang bersifat personal, umat Islam diwajibkan untuk berzakat sebagai bentuk tanggung jawab sosial terhadap sesama.
Menurut Dr. Sani, keberhasilan seseorang dalam menyambut Idulfitri dapat diukur dari perubahan sikapnya dari yang pelit menjadi dermawan, dari yang hanya menekan rakyat dengan pajak menjadi pemimpin yang justru memberikan bantuan dan subsidi.
“Kita bisa melihat contoh kebijakan Pemprov Jawa Barat yang memutihkan pajak kendaraan rakyatnya yang tertunggak. Itu adalah tindakan yang mencerminkan semangat Idulfitri, kembali kepada kebaikan dan kepedulian sosial,” ungkapnya.
Momen untuk Saling Memaafkan dan Meningkatkan Kualitas Diri
Lebih dari itu, Idulfitri juga menjadi kesempatan untuk memperbaiki hubungan sosial dan meningkatkan kualitas diri. Tradisi saling memaafkan adalah bagian dari nilai luhur yang harus terus dijaga.
Sebagaimana pesan Hadratusyaikh Hasyim Asy’ari, “Tak ada satu pun di dunia ini yang kekal, maka ukirlah kenangan indah dengan saling berbuat baik,” demikian kutipanya.
Dengan semangat Idulfitri, mari kita jadikan momen ini sebagai titik balik menuju pribadi yang lebih baik, pemerintahan yang lebih bersih, dan masyarakat yang lebih peduli satu sama lain.