Kaltim — Luka lama akibat ribuan lubang tambang batu bara di Kalimantan Timur kini perlahan menemukan harapan baru. Sebuah inisiatif besar bertajuk Kalimantan Carbon Corridor (KCC) tengah disiapkan untuk mengubah 1.700 tambang batu bara terbengkalai menjadi kawasan hijau karbon positif dan pusat energi terbarukan.
Program ambisius ini digagas oleh Tanti Prasetyo bekerja sama dengan perusahaan berbasis Singapura, Carbon Credence Pte Ltd. Melalui proyek tersebut, lebih dari satu juta hektare lahan rusak akan direstorasi untuk menghasilkan jutaan ton kredit karbon terverifikasi setiap tahun.
“Kami ingin membuktikan bahwa lahan pascatambang bisa menjadi sumber kemakmuran baru,” ujar Tanti kepada media ini, Kamis (6/11).
Transformasi Hijau dari Tanah Eks Tambang
Selama bertahun-tahun, Kalimantan Timur dikenal sebagai salah satu penghasil batu bara terbesar di Indonesia. Namun, arah pembangunan kini mulai bergeser dari ekonomi berbasis ekstraksi menuju ekonomi hijau yang berkelanjutan.
Melalui KCC, ribuan lubang tambang akan dipetakan dan direvitalisasi menjadi enam koridor hijau utama yang tersebar di Samarinda, Kutai Kartanegara, Kutai Timur, Berau, Penajam Paser Utara, dan Paser.
Masing-masing wilayah akan difokuskan pada tema yang berbeda, mulai dari reboisasi dan restorasi hutan, pertanian karbon dan mangrove, pengembangan energi baru terbarukan (EBT), hingga ekowisata berbasis komunitas.
Tujuannya bukan hanya memulihkan alam, melainkan juga membangun fondasi ekonomi baru yang berpihak kepada masyarakat lokal.
Kemitraan Hijau dan Investasi Global
Pelaksanaan proyek KCC akan dikoordinasikan melalui Karbon Bumi Pertiwi (KBP), wadah kolaborasi yang mempertemukan pemerintah, swasta, dan komunitas lokal. Pendanaannya bersumber dari berbagai instrumen hijau seperti green bonds, dana ESG, serta investasi perusahaan teknologi global yang berkomitmen menyeimbangkan emisi karbon mereka.
Sebagai imbalan, investor akan memperoleh kredit karbon terverifikasi dari area yang telah direstorasi.
Dalam kurun waktu sepuluh tahun, proyek ini menargetkan:
- Rehabilitasi lebih dari 1 juta hektare lahan rusak.
- Penyerapan hingga 1 miliar ton karbon.
- Perputaran investasi hijau senilai USD 2 miliar.
- Terciptanya sekitar 100.000 lapangan kerja baru di sektor hijau.
“Setiap lubang tambang yang direstorasi bukan hanya soal lingkungan, tapi juga peluang ekonomi bagi masyarakat,” ujar Tanti Prasetyo.
Diawasi Teknologi Canggih
Untuk memastikan akuntabilitas dan transparansi, seluruh proses rehabilitasi akan dipantau dengan teknologi mutakhir seperti kecerdasan buatan (AI), sensor IoT, dan citra satelit resolusi tinggi.
Data pemulihan akan ditampilkan melalui platform digital karbon secara waktu nyata (real-time), sehingga publik dapat memantau progres di lapangan.
“Proyek ini adalah masa depan akuntabilitas iklim di mana lahan, teknologi, dan masyarakat bersatu,” jelas Tanti.
Warga Lokal di Pusat Perubahan
KCC juga menempatkan masyarakat lokal sebagai aktor utama. Melalui wadah Koperasi Karbon Lokal (Local Carbon Cooperatives/LCC), warga terutama pemuda, mantan penambang, dan petani akan dilatih serta diberdayakan dalam kegiatan restorasi dan pertanian berkelanjutan.
Sebagian pendapatan dari penjualan kredit karbon akan disalurkan langsung ke komunitas, sementara sisanya digunakan untuk mendukung pembangunan daerah dan program sosial berkelanjutan.
Dukung Target Net Zero dan IKN
Proyek KCC selaras dengan komitmen nasional Indonesia mencapai Net Zero Emissions pada tahun 2060 dan menjadi bagian dari strategi pembangunan berkelanjutan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur.
Dengan menerapkan standar internasional seperti Verra, Gold Standard, dan Indonesia Carbon Registry, KCC diharapkan menjadikan Kalimantan Timur sebagai model transisi ekonomi karbon di Asia Tenggara.
“Ini tentang mengubah Kalimantan Timur dari ekonomi ekstraktif menjadi ekonomi regeneratif,” tegas Tanti.
“Lahan yang dulu menggerakkan industri kini akan menjadi bahan bakar kepemimpinan keberlanjutan Indonesia.”
Jika seluruh rencana berjalan sesuai target, Kalimantan Carbon Corridor (KCC) dapat menjadi proyek percontohan global bahwa lahan bekas tambang pun dapat menjadi sumber kehidupan baru.
Kini, Kalimantan Timur bukan hanya menambang sumber daya alam, tetapi juga menambang harapan bagi bumi dan generasi mendatang.






