Kutai Timur, Rilismedia.co — Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kutai Timur (Kutim) menjadikan program Inseminasi Buatan (IB) sebagai tulang punggung peningkatan populasi sapi, menyusul penurunan jumlah ternak akibat wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
Populasi yang sebelumnya mencapai sekitar 19.000 ekor, saat ini berada di kisaran 15.000 ekor, sehingga percepatan reproduksi menjadi kebutuhan mendesak.
Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Peternakan (DTPHP) Kutim, Dyah Ratnaningrum, mengatakan IB dipilih karena mampu memberikan hasil lebih maksimal dengan kontrol proses yang lebih baik.
“IB memberi peluang lahirnya pedet yang lebih unggul, dan ini penting untuk memperkuat populasi dalam jangka panjang,” ujarnya.
Kutim saat ini, menggunakan semen beku dari BIB Singosari serta semen sapi Bali yang dikenal adaptif terhadap kondisi lokal.
Petugas inseminator di lapangan, berperan besar memastikan pelaksanaan IB dilakukan pada waktu yang tepat.
“Kami pastikan peternak memahami tanda-tanda birahi agar proses IB lebih efektif,” jelasnya.
Program IB tahun ini, menargetkan 1.000 kelahiran pedet sebagai bagian dari rencana jangka panjang pemulihan populasi.
Dyah menegaskan bahwa peningkatan populasi tidak bisa diperoleh secara cepat, sehingga kesinambungan program menjadi faktor penentu.
Di luar IB, pemerintah juga tetap menjalankan pengadaan sapi Bali melalui APBD untuk menambah indukan produktif di kelompok tani ternak.
Menurut Dyah, keberhasilan IB akan berdampak langsung pada ketahanan pangan daerah, terutama dalam penyediaan daging sapi.
Dengan meningkatkan populasi lokal, Kutim diharapkan tidak terlalu bergantung pada pasokan dari wilayah lain.
“Kalau populasi meningkat stabil, kebutuhan daging bisa terpenuhi dari dalam daerah sendiri,” tandasnya. (Adv-Diskominfo Kutim/Andika)






