Kutim Perkuat Pelestarian Budaya Berbasis Riset, Bupati Ardiansyah: Seremoni Saja Tidak Cukup

Kutai Timur, Rilismedia.co — Pemerintah Kabupaten Kutai Timur (Kutim) mempertegas arah kebijakan pelestarian sejarah dan budaya melalui pendekatan ilmiah yang lebih sistematis. Penegasan tersebut disampaikan langsung oleh Bupati Kutai Timur, Ardiansyah Sulaiman, saat membuka Festival Magic Land 2025 di Polder Ilham Maulana, Jumat (14/11/2025).

Dalam kesempatan itu, Ardiansyah menekankan bahwa pelestarian budaya tidak bisa hanya mengandalkan acara seremonial yang berlangsung setiap tahun.

Bacaan Lainnya

Menurutnya, daerah membutuhkan dokumen dan catatan ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan secara akademis, agar pengembangan kebudayaan bisa berjalan lebih terarah.

“Pelestarian budaya tidak cukup hanya dengan festival. Kita memerlukan fondasi riset yang kuat agar nilai-nilai sejarah dan budaya Kutai Timur terdokumentasi dengan baik,” tegas Ardiansyah.

Ia menyoroti beberapa penelitian penting yang kini menjadi referensi pemerintah daerah, di antaranya kajian terbaru dari ilmuwan asal Prancis dan temuan arkeologis yang diteliti tim dari Institut Teknologi Bandung (ITB).

Menurutnya, hasil penelitian tersebut membuka ruang baru bagi Kutai Timur untuk memperluas pengetahuan sejarah lokal.

“Ini momentum penting. Dalam beberapa tahun ke depan, kita berharap ada karya ilmiah dan catatan budaya yang menjadi rujukan Nusantara,” ujarnya.

Ardiansyah juga mengajak generasi muda untuk memanfaatkan teknologi digital dalam pengembangan dan pelestarian budaya. Perkembangan teknologi, termasuk kecerdasan buatan (AI), menurutnya tidak boleh dilihat sebagai ancaman, tetapi justru menjadi peluang besar untuk memperkaya kreativitas lokal.

“Jangan sampai kemajuan teknologi membuat kita takut berkreativitas. Justru itu peluang bagi anak muda untuk menunjukkan karya terbaiknya,” kata Bupati.

Ia menilai perpaduan antara riset ilmiah dan inovasi berbasis teknologi dapat menghasilkan dokumentasi budaya yang lebih modern, menarik, dan berkelanjutan.

Pendekatan itu, diyakini mampu memperkuat identitas Kutim di tengah perubahan zaman yang semakin cepat.

Festival Magic Land 2025, yang tahun ini diisi dengan pertunjukan seni, pameran budaya, hingga edukasi sejarah, disebut Bupati sebagai platform yang mempertemukan unsur tradisi dan inovasi.

Ia berharap festival ini mampu berkembang menjadi ruang riset dan kajian budaya, bukan sekadar tontonan.

“Magic Land harus menjadi titik temu antara hiburan, edukasi, dan dokumentasi budaya. Jangan hanya berhenti sebagai acara tahunan,” tegasnya.

“Pemerintah ingin kegiatan budaya terus melahirkan riset dan karya ilmiah yang memperkaya identitas Kutai Timur di masa depan,” pungkas Ardiansyah. (Adv-Diskominfo/Syaif)

Pos terkait