Menilik Keberagaman Budaya di Indonesia Terhadap Keunikan Upacara Adat Suku Toraja
Masyarakat plural atau masyarakat majemuk seringkali dikaitkan dengan konsep masyarakat multikultural, karena keduanya menggambarkan keberagaman sosial dan kebudayaan. Pluralisme didefinisikan sebagai cara pandang atau pemahaman mengenai keberagaman yang berfokuskan pada entitas perbedaan setiap masyarakat satu sama lain. Sedangkan multikulturalisme merupakan cara pandang atau pemahaman yang berfokuskan pada interaksi dengan memerhatikan keberadaan setiap kebudayaan sebagai entitas yang memiliki kesetaraan hak. Maksudnya, multikulturalisme menekankan relasi antarkebudayaan dengan keberadaan suatu kebudayaan harus mempertimbangkan keberadaan kebudayaan lainnya. Kemudian, dari konsep multikulturalisme tersebut memunculkan gagasan normatif tentang toleransi, kerukunan, dan saling menghargai perbedaan.
Contohnya di Indonesia yang memiliki ciri khas keunikan dan keberagaman. Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan keberagaman budaya dan etnis. Keberagaman ini mencakup perbedaan dalam agama, adat istiadat, bahasa, kuliner, dan banyak berbagai aspek kehidupan lainnya. Meskipun keberagaman ini menjadi kekayaan budaya, namun juga dapat menjadi penyebab culture shock bagi beberapa orang, terutama bagi mereka yang baru datang, belum terbiasa, atau bahkan baru mendengar dan mengetahui budaya tersebut.
Di Indonesia, tepatnya di Sulawesi Selatan, ritual dan upacara pemakaman orang Toraja merupakan salah satu tradisi paling penting bagi mereka. Pemakaman bagi orang Toraja tidak hanya sebagai upacara penghormatan terhadap orang yang meninggal, tetapi juga sebagai wujud penghargaan terhadap kehidupan setelah kematian. Upacara pemakaman di Toraja mencerminkan filosofi bahwa kematian hanyalah awal dari suatu perjalanan dan juga membuktikan eratnya hubungan antara hidup dan mati. Upacara dan ritual ini berperan penting agar nilai-nilai budaya Toraja dari generasi ke generasi terjaga dan terwariskan.
Ketika seseorang dari suku Toraja meninggal dunia, mayatnya dipersiapkan terlebih dahulu untuk upacara pemakaman dengan tubuhnya diawetkan dengan formalin atau dengan cara tradisional yang mereka miliki.
Salah satu ciri khas pemakaman di Toraja adalah pemakaman di tebing batu. Kuburan tersebut disebut sebagai londa atau yang biasa disebut liang. Proses pemakaman ini menggunakan pahatan batu sebagai peti mati untuk jenazah. Serangkaian upacara adat kematian suku Toraja disebut Rambu Solo, yang mana melibatkan banyak tahap dan salah satunya membutuhkan biaya persiapan dan pengeluaran yang sangat fantastis, seperti kegiatan Ma’pasilaga Tedong yang memerlukan pemotongan hewan seperti kerbau atau yang biasa mereka sebut dengan tedong.
Selain itu, Ma’nene yang juga menjadi salah satu tradisi unik dalam budaya Toraja yang dikenal sebagai ritual pakaian untuk orang mati. Tradisi ini melibatkan jenazah yang telah dimakamkan, kemudian diberikan pakaian baru. Meskipun praktik ini bukan bagian utama dari upacara pemakaman Toraja, Ma’nene memiliki makna simbolis yang mendalam bagi masyarakat setempat dan juga dianggap sebagai penghormatan terhadap leluhur dan arwah yang telah meninggal. Pakaian baru tersebut dianggap sebagai penghargaan serta keyakinan masyarakat suku Toraja terhadap adanya kehidupan setelah kematian.
Meski ritual pemakaman adat Toraja terbilang mahal, namun bagi mereka masyarakat Toraja budaya tersebut bukan sekadar tentang penghormatan terakhir kepada orang yang meninggal, tetapi juga tentang melestarikan dan menjaga tradisi, menunjukkan status sosial, serta memelihara hubungan sosial antar masyarakat suku Toraja.
Upacara adat kematian sebaiknya berfokus kepada makna dan nilai spiritual daripada aspek material. Mahalnya upacara adat kematian dapat memberatkan keluarga yang kurang mampu. Sehingga, hanya akan membebankan yang seharusnya tidak menjadi hal utama dalam momen duka. Tetapi, seringkali keluarga dari suku Toraja bersedia mengorbankan banyak hal untuk memastikan bahwa upacara pemakaman terlaksana demi mencerminkan, mewarisi, melestarikan, serta menjaga nilai-nilai budaya yang penting bagi mereka.
Dengan adanya upacara adat kematian tersebut, kita menjadi tahu akan keberagaman budaya di Indonesia sangatlah unik. Setiap suku ingin mempertahankan tradisinya masing-masing dengan melestarikan nilai-nilai kearifan lokal yang kaya akan makna. Mungkin bagi beberapa individu yang baru menginjakkan kaki di Tana Toraja akan menjadikan hal tersebut sebagai pengalaman culture shock terhadap biaya upacara adat kematian yang tinggi, tetapi dapat menambah wawasan dan pengetahuan baru, sekaligus menyoroti kekayaan serta kompleksitas warisan budaya yang melekat dalam upacara kematian suku Toraja. Sehingga dapat menciptakan dan memunculkan rasa toleransi terhadap keunikan dari budaya tersebut.
Penulis: Muhammad Harits Almuzammil Ghibrant, Muhammad Aksa Jufri, Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Mulawarman.