Rilismedia.co – Wakil Ketua Tim Koordinasi Relawan Pemenangan Pilpres (TKRPP) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Adian Napitupulu akhirnya buka suara.
Dia membeberkan awal mula pengkhianatan Presiden RI Joko Widodo dan keluarganya terhadap pertai PDI Perjuangan.
Di dalam keterangan resminya, Rabu 25 Oktober 2023 dia menegaskan, PDIP tidak mengabulkan permintaan Jokowi lantaran meminta untuk memperpanjang masa jabatannya sebagai presiden 3 periode.
Sontak permintaan itu ditolak mentah-mentah oleh Partai PDI Perjuangan.
“Nah ketika kemudian ada permintaan tiga periode, kita tolak. Ini masalah konstitusi, ini masalah bangsa, ini masalah rakyat, yang harus kita tidak bisa setujui,” ujar Adian.
Hal yang sama juga ia sampaikan di salah satu TV nasional. Dia menegaskan bahwa menerima permintaan tersebut sama dengan menghianati bangsa, menghianati rakyat, dan menghianati konstitusi.
“Kemudian ada pihak yang marah ya terserah mereka. Yang jelas kita bertahan untuk menjaga konstitusi. Menjaga konstitusi adalah menjaga republik ini. Menjaga konstitusi adalah menjaga bangsa dan rakyat kita,” tegasnya.
Sederhana saja kata Adian. Jika ada yang marah karena penolakan permintaan tiga periode tersebut adalah urusan masing-masing. Demi menjaga konstitusi menurut dia, loyalitas harus dipertaruhkan.
“Kalau ada yang marah karena kita menolak penambahan masa jabatan tiga periode atau perpanjangan, bukan karena apa-apa, itu urusan masing-masing. Tetapi memang untuk menjaga konstitusi. Sederhana aja,” kata Adian menambahkan.
Mantan aktifis 98 itu juga menyesalkan perubahan Jokowi yang begitu cepat. Dia merasa Jokowi telah menghianati partai yang telah membesarkan dia beserta keluarganya. Dia menyebut mulai menjadi wali kota surakarta dua periode, gubernur DKI Jakarta dan presiden dua kali.
Tak sampai di situ, partai banteng moncong putih itu juga memberikan kesempatan bagi putra sulung Jokowi yakni Gibran Rakabumuing Raka menjadi Walikota Solo serta Muhammad Bobby Afif Nasution (menantu Jokowi) sebagai walikota Medan.
“Ada sejarah begini, dulu ada yang datang minta jadi wali kota dapat rekomendasi, minta rekomendasi, dikasih. Minta lagi dapat rekomendasi, dikasih lagi. Lalu minta jadi gubernur, minta rekomendasi dikasih lagi. Lalu minta jadi calon presiden, minta rekomendasi dikasih lagi. Kedua kali dikasih lagi. Lalu ada lagi minta untuk anaknya dikasih lagi. Lalu ada diminta untuk menantu lalu dikasih lagi. Banyak benar,” bebernya.
Kendati demikian, anggota DPR RI itu mengatakan tidak perduli dengan penghianatan itu. Dirinya berserta koalisi saat ini sedang fokus bagaimana memastikan Ganjar-Mahfud yang diusung sebagai calon presiden dan wakil presiden menang dalam kontestasi pilpres 2024 mendatang.
“Status Gibran anak Jokowi. Soal status mereka diserahkan ke DPP dan Ketua Umum PDI Perjuangan. Tugas saya menggalang suara, menggalang kekuatan untuk memenangkan Ganjar. Bagaimana Gibran tidak saya pikirkan. Yang saya pikirkan adalah bagaimana menambah suara satu, satu, satu terus setiap hari untuk Ganjar,” lanjut Adian menambahkan.